Foto: Yayat R Cipasang SIANG itu, gerimis menyambut kami saat melangkah memasuki gerbang Kompleks Sanggar Genjah Arum di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi. Irama merdu perpaduan rampak lesung yang ditabuh lima perempuan yang rata-rata berusia 90 tahun yang ditimpali angklung khas suku Osing, membuat saya semakin penasaran dengan kedai kopi milik Setiawan Subekti alias Iwan, tester kopi kaliber dunia. Di kompleks sanggar terdapat lima rumah joglo khas Osing . Satu rumah utama yang menghadap gerbang di antaranya difungsikan sebagai museum yang menyimpan berbagai barang kuno khas suku Osing. Sebuah bangunan berfungsi sebagai kedai sekaligus tempat workshop. Sebuah joglo lainnya yang terbuka dan bertiang kekar menjadi tempat pentas tari Gandrung. Sebuah tarian mistis dan bercitra mesum yang pelan-pelan diubah Iwan menjadi sebuah tarian bercita rasa seni tinggi dan profesional. “Bangunan yang ada di sini rata-rata sudah lima sampai tujuh generasi. Kayu yang digunakan bukan kayu jati tapi
"Semua harus ditulis. Apa pun.... Jangan takut tidak dibaca atau diterima penerbit. Yang penting tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna." --Pramoedya Ananta Toer, Menggelinding 1, 2004)