SETIDAKNYA, saat ini saya melihat dan mencermati ada dua pentolan kaum intelektual masing-masing Profesor (Riset) Ikrar Nusa Bhakti dan Doktor Komunikasi Ade Armando yang kadang kritis dan kadang masih 'membela' Presiden Jokowi. Saya dan teman wartawan lainnya sempat miris melihat Ikrar dan Ade baik itu dalam pergulatan sosial media maupun diskusi cungur dalam berbagai forum. Mereka terang-terangan membela Jokowi dalam pilpres tahun lalu dengan alasan masing-masing yang sangat gamblang di masyarakat atau pun di media massa. Lumrah, karena mereka secara langsung atau pun tidak menjadi bagian dari tim sukses atau relawan atau simpatisan. Yang paling saya ingat adalah pernyataan Ikrar saat diskusi di Perpustakaan MPR menjelang pilpres. Ketika itu profesor dari lembaga ilmu yang sangat disegani ini dengan lantang menyatakan bahwa Jokowi itu adalah produk akselerasi. Kosakata ini sangat menarik perhatian dan sangat mengganggu pikiran kritis saya. Saya pertama kali mendengar
"Semua harus ditulis. Apa pun.... Jangan takut tidak dibaca atau diterima penerbit. Yang penting tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna." --Pramoedya Ananta Toer, Menggelinding 1, 2004)