Skip to main content

Sukses mengusung merek House of BaLLaRe

KETIKA sebagian kalangan mengeluh menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang resmi berlaku awal 2016, Tari Ballare menyikapinya dengan antusias. Pasar bebas komunitas negara-negara Asia Tenggara ini dianggap pemilik spa khusus wanita berlabel House of BaLLaRe ini sebagai tantangan sekaligus  peluang.

"Kita, mau tidak mau harus siap bersaing, MEA salah satunya. Saya mengangggapnya sebagai tantangan dan menuntut pelaku usaha harus siap menghadapinya. Modalnya inovasi dan kreatifitas," kata Tari saat berbincang dengan penulis di sebuah kafe di kawasan Pondok Indah, pekan lalu.

Menurut Tari, MEA sejatinya adalah peluang pasar bagi pelaku usaha khususnya bagi usaha kecil dan menengah (UKM). Karena itu dalam setiap kesempatan, Tari sudah sukses mengelola spa khusus wanita ini, juga selalu memotivasi siapa pun yang ingin berwirausaha atau bagi mereka yang baru terjun ke dunia bisnis.

"Saya tidak pelit untuk memberi kiat atau ilmu tentang merintis usaha. Saya pun kerap membagi pengalaman kewirausahaan melalui tulisan saya di media soial maupun di media cetak," kata founder dan pengasuh Be Positive Living sebuah grup pembudaya cara berfikir positif ini. "Itulah kontribusi saya sehingga hidup ini bermanfaat juga bagi orang lain," tambahnya.

Sarjana lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini sukses mendirikan spa khusus wanita berlabel BaLLaRe sejak sembilan tahun lalu. Usahanya berkembang pesat. Selain memberikan pelayanan yang paripurna kepada konsumen, Honorary Board Member Gerakan Peduli Disabilitas dan Lepra Indonesia ini juga berharap usahanya terus menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.

"Untuk menyerap begitu banyak tenaga kerja terlatih tentu tidak cukup bila spa yang kami kembangkan hanya di Jakarta. Karena itu mulai tahun ini kami menggandeng mitra di sejumlah kota di seluruh Indonesia," ujar tari, bersemangat.

Energi kreatifitas Tari, seperti tidak ada matinya. Pun, ketika ibu satu putri ini memutuskan untuk mengenakan hijab sekitar tiga tahun lalu. Keputusan memakai hijab memaksa Tari juga harus kreatif dan mendesain sendiri model busana yang dikenakannya.

"Ketika mengenakan hijab saya bingung dengan model yang itu-itu saja. Kemudian saya coba mendesain sendiri dan ternyata teman-teman saya juga menyukainya. Mereka banyak yang pesan. Otak bisnis saya langsung jalan," kata Tari.

Kini usahanya berkembang dengan mendesain hijab dan busana berbahan dasar batik dari berbagai daerah dan juga berbagai jenis tenun khas Nusantara. "Sampai sekarang kami terus menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan para perajin dan koperasi di daerah," ujarnya.

Belakangan, hasil karya desain Tari tidak hanya dapat dinikmati konsumen di dalam negeri tetapi juga sudah merambah luar negeri seperti di Malaysia, Singapura dan juga Dubai. "Dalam waktu dekat saya akan buka butik. Sejauh ini pemasarannya masih langsung dan melalui situs pemasaran," ujar pemilik  prinsip “bahagia bukan sekadar keberhasilan mendapatkan sesuatu dalam hidup, melainkan keberhasilan ketika bisa berbagi dan membuat orang-orang terdekat menjadi lebih semangat menjalani hidup".

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f