Tapi saya merasa heran belakangan ini semakin banyak saja orang yang menggunakan masker di jalanan, di transjakarta dan juga di kereta api. Saya beberapa kali disapa orang yang memakai masker dan saat itu juga saya harus berpikir, membuang waktu beberapa menit, tertegun dan mencoba menebak siapa gerangan yang menyapa saya.
Pernah sampai saya turun dari kereta api dari Stasiun Tanahabang sampai Manggarai saya tidak berhasil menebak sang pemakai masker. Dan anehnya, dia tidak berusaha untuk membuka maskernya. Gila!
Dari pengamatan selama saya menggunakan kereta api paling tidak ada beberapa tujuan orang menggunakan masker. Pertama, alasan kesehatan. Sah saja orang memakai masker karena memang menurut saya kereta kita tidak sehat karena lantai berdebu yang berasal dari alas kaki penumpang. Apalagi kereta mengunakan kipas angin, debu bisa berputar dan berkeliaran ke segala penjuru dan terisap penumpang.
Kedua, untuk kenyamanan tidur. Duduk di kereta bawaannya ngantuk. Bagi yang terbiasa tidur mangap dan ngiler (dahdir), masker sangat bermanfaat. Bagi mereka yang penting masker apapaun jenisnya. Tak penting masker tersebut memenuhi standar kesehatan atau tidak.
Ketiga, melindungi gigi. Ini tidak banyak hanya kasus-kasus tertentu. Saya pernah menemukan kasus orang di kereta menggunakan masker karena menutupi giginya yang tongos atau boneng.
Tapi apa dampak paling pahit akibat orang-orang kini banyak menggunakan masker di kereta api. Pertama, semakin jarang saya melihat senyum manis dalam perjalanan. Orang seperti kaku dan judes semua. Masker telah mengurangi pahala seseorang karena kini jarang memberikan senyum kepada orang di sekitarnya.
Kedua, saya belakangan ini semakin jarang melihat perempuan cantik di kereta api. Padahal setiap saya melihat kecantikan saya kerap mengucapkan subhanallah. Berarti perempuan cantik yang memakai masker telah menutup kesempatan saya untuk mendapatkan pahala.
Bagaimana dengan Anda?
Wallahualam bishawab....
Comments
Post a Comment
Anda Berkomentar Maka Saya Ada