Skip to main content

Perempuan cantik bermasker


MASKER. Belakangan ini membuat saya benci. Saya kerap mengunakan masker di rumah ketika saya sedang flu berat dan harus memandikan bayi. Itu satu-satunya ritual saya memakai masker. Selebihnya saya sangat tidak betah dan merasa tersiksa menggunakan masker.

Tapi saya merasa heran belakangan ini semakin banyak saja orang yang menggunakan masker di jalanan, di transjakarta dan juga di kereta api. Saya beberapa kali disapa orang yang memakai masker dan saat itu juga saya harus berpikir, membuang waktu beberapa menit, tertegun dan mencoba menebak siapa gerangan yang menyapa saya.

Pernah sampai saya turun dari kereta api dari Stasiun Tanahabang sampai Manggarai saya tidak berhasil menebak sang pemakai masker. Dan anehnya, dia tidak berusaha untuk membuka maskernya. Gila!

Dari pengamatan selama saya menggunakan kereta api paling tidak ada beberapa tujuan orang menggunakan masker. Pertama, alasan kesehatan. Sah saja orang memakai masker karena memang menurut saya kereta kita tidak sehat karena lantai berdebu yang berasal dari alas kaki penumpang. Apalagi kereta mengunakan kipas angin, debu bisa berputar dan berkeliaran ke segala penjuru dan terisap penumpang.

Kedua, untuk kenyamanan tidur. Duduk di kereta bawaannya ngantuk. Bagi yang terbiasa tidur mangap dan ngiler (dahdir), masker sangat bermanfaat. Bagi mereka yang penting masker apapaun jenisnya. Tak penting masker tersebut memenuhi standar kesehatan atau tidak.

Ketiga, melindungi gigi. Ini tidak banyak hanya kasus-kasus tertentu. Saya pernah menemukan kasus orang di kereta menggunakan masker karena menutupi giginya yang tongos atau boneng.

Tapi apa dampak paling pahit akibat orang-orang kini banyak menggunakan masker di kereta api. Pertama, semakin jarang saya melihat senyum manis dalam perjalanan. Orang seperti kaku dan judes semua. Masker telah mengurangi pahala seseorang karena kini jarang memberikan senyum kepada orang di sekitarnya.

Kedua, saya belakangan ini semakin jarang melihat perempuan cantik di kereta api. Padahal setiap saya melihat kecantikan saya kerap mengucapkan subhanallah. Berarti perempuan cantik yang memakai masker telah menutup kesempatan saya untuk mendapatkan pahala.

Bagaimana dengan Anda?

Wallahualam bishawab....

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f