Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2008

Anggaran TNI Dimutilasi, Apa Kata Dunia!

ADA sebuah cerita nun jauh di Irak sana. Tentara pemberontak tengah mengincar pesawat tempur Amerika Serikat yang tengah melintas di atas perbukitan. “Tembak segera pesawat AS!” perintah sang komandan kepada anak buahnya. “Siap komandan. Sudah ditembak,” jawab sang anak buah. “Lho, itu di radar masih ada satu pesawat?” “Tenang komandan, itu pesawat tempur milik Indonesia.” “Lho, kenapa dibiarkan. Tembak segera!” “Ngapain buang-buang energi. Nggak ditembak juga pesawat milik Indonesia jatuh sendiri,” jawabnya enteng. Anekdot ini memang kurang ajar banget. Tetapi di sisi lain memang ada benarnya karena dalam sepuluh bulan terakhir kecelakaan alutsista terus terjadi. Pesawat latih tempur jenis OV-10F Bronco meledak di udara dan jatuh di ladang tebu Desa Bunut Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur (24/6/2007). Selain itu, pesawat Nomad pengintai milik TNI AU juga jatuh di Pulau We, Nanggroe Aceh Darussalam (30/12/2007). Selanjutnya, pesawat Twin Pack TNI AU lagi-lagi jatu

Semangat & Suasana Kebatinan di Balik Risalah UU Pers

Judul: Memorie Van Toelichting (15 Hari Perjuangan untuk Kemerdekaan Pers) Penulis: Christina Chelsia Chan, dkk. Cetakan: Pertama, September 2007 Tebal: LXV + 1.295 halaman Penerbit: Indonesia Media Law & Policy Centre (IMLPC) PERJALANAN sewindu UU 40/1999 tentang Pers mengalami pasang surut dan menuai kontroversi. Kalangan pegiat pers dan penegak hukum (polisi, jaksa dan hakim) seperti “ditakdirkan” untuk tidak pernah akur. Kalangan penegak hukum berpandangan UU Pers tidak bisa dikatakan Lex Specialis Derogate Lex Generalis sedangkan kalangan pers menyatakan sebaliknya. Polisi misalnya mempermasalahkan UU Pers yang hanya mengatur tiga jenis pelanggaran yang dilakukan pers, yaitu pelanggaran norma agama, norma susila dan asas praduga tak bersalah. Polisi juga selalu berpegang pada “ketidakpercayaan diri” UU Pers khususnya mengenai penjelasan Pasal 12 UU Pers: “Sepanjang menyangkut pertanggungjawaban pidana, menganut ketentuan perundang-undangan yang berlak

Jabar Butuh Gubernur Transformatif

PESTA demokrasi warga Jawa Barat akan dihelat 13 April 2008. Tiga paket calon gubernur dan wakilnya sudah ditetapkan dan berhak bertarung untuk mendapat pengakuan secara langsung, masing-masing Danny Setiawan-Iwan Sulandjana, Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim dan Ahmad Heryawan-Yusuf Macan Effendi atau yang dikenal dengan sebutan populer Dede Yusuf. Saya sebagai warga Jabar yang “murtad” sangat peduli dengan kelangsungan dan proses demokrasi di Jabar. Murtad yang saya maksud dilihat dari dua sisi. Pertama , kartu tanda penduduk saya sudah tidak lagi berdomisili di Ciamis melainkan telah menjadi bagian dari kesemrawutan Ibu Kota Jakarta. Kedua , secara budaya saya sudah jarang lagi mempraktikkan bahasa Sunda yang baik dan benar sebagai bahasa ibu dan identitas utama warga Jabar. Tapi percayalah, warga Jabar yang seperti saya hampir seluruhnya, baik secara biologis, budaya dan politik terikat dengan narasi besar bernama Jabar. Saya yakin, seperti Yaya Rukayadi, peneliti Temu Lawak di U

Tempo Ditarik dari Peredaran

Laporan: Yayat R. Cipasang Jakarta, myRMnews. Redaksi Majalah Tempo tidak hanya meminta maaf kepada umat Kristiani tetapi juga berjanji untuk menarik majalah edisi 04-10 Februari 2008 di pasaran. Redaksi Tempo juga berjanji akan menulis dan membuat pernyataan maaf di media cetak dan elektronik di luar Grup Tempo. “Cuma masalahnya barang (majalah) sudah habis di pasaran,” kata Ketua Umum Pemuda Katolik Natalis Situmorang kepada MyRMNews seusai berdialog dengan redaksi Tempo di Gedung Tempo, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (5/2). Natalis menuturkan, saat bertemu redaksi Tempo, pihaknya mempertanyakan makna di balik cover “Perjamuan Terakhir Soeharto” tersebut. “Redaksi bilang itu cuma karya seni,” kata Natalis. Namun, Natalis curiga di balik pemuatan cover itu ada motif dan bentuk strategis bisnis. Tapi redaksi Tempo membantahnya. “Tapi kenyataannya di lapangan kini majalah Tempo kontroversial itu habis di pasaran,” kata Natalis. Natalis dan elemen Kristiani lainnya menjelaska

Tak Ada Niat Tempo Menistakan Umat Kristiani

Laporan: Tri Soekarno Agung Jakarta, myRMnews. Pemuatan ilustrasi “Perjamuan Terakhir Soeharto” yang dimuat di cover Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo sempat membuat kelompok anak muda Kristiani protes keras. Tadi siang, sekelompok orang dari Pemuda Katolik mendatangi kantor redaksi MBM Tempo di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat untuk meminta klarifikasi atas pemuatan cover yang dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap umat Kristiani tersebut. Pemimpin Redaksi MBM Tempo Toriq Hadad kepada myRMnews petang ini mengakui bahwa pihaknya sudah menyatakan permintaan maaf atas perasaan tidak nyaman dan perasaan dilukai kepada perwakilan Pemuda Katolik tersebut. “Secara terbuka kami sudah menyampaikan permintaan maaf tersebut kepada perwakilan mereka (pemuda Katolik). Sama sekali tidak ada niat kami untuk melecehkan apalai menistakan umat Kristiani dalam pemuatan cover majalah kami yang baru tersebut,” beber Toriq. Seperti disampaikan Pemuda Katolik, tingkat akar rumput umat Kris

Permintaan Maaf Tak Cukup

Laporan: Yayat R. Cipasang Jakarta, myRMnews. Ketua Umum Pemuda Katolik Natalis Situmorang menganggap permintaan maaf Pemred Majalah Tempo Toriq Hadad yang dirilis sebuah situs berita tidak cukup. Ia meminta cover “Perjamuan Terakhir Soeharto” dicabut. “Cover harus dicabut, kalau perlu Pemuda Katolik siap dilibatkan untuk menarik majalah dari pedaran,” kata Natalis kepada MyRMNews, Selasa (5/2). “Cover Tempo telah membuat Pemuda Katolik marah,” katanya. Dikabarkan, siang ini, seusai rapat tertutup, redaksi Tempo akan langsung menggelar jumpa pers di Gedung Tempo, Jalan Proklamasi, Jakarta Timur. Rapat dipastikan membahas reaksi masyarakat atas cover dan kemungkinan pemecahannya. Cover Tempo edisi 04-10 Februari 2008 memperlihatkan Soeharto dan enam anaknya digambarkan layaknya Yesus bersama muridnya dalam Perjamuan Terakhir. yat

Pesan Apa di Balik ‘Perjamuan Kudus Soeharto’?

Laporan: Tuahta Arief Jakarta, MyRMNews. The Last Supper karya Leonardo Da Vinci adalah salah satu bagian dari penggambaran adegan yang paling menentukan dalam sejarah kehidupan Yesus. Dalam peristiwa yang terjadi beberapa saat sebelum penangkapan Yesus di Taman Getsemani, Da Vinci menggambarkan keresahan murid-murid Yesus setelah Yesus mengabarkan bahwa salah seorang muridnya adalah penghianat. Maka keduabelas murid pun saling bertanya-tanya. Ribuan tahun orang mencoba tahu, apa sebenarnya yang ingin disampaikan Da Vinci melalui lukisan yang sekarang terpampang di dinding Gereja Santa Maria Delle Grazie, Milan, Italia. Hingga akhirnya Dan Brown mencoba menjelaskan kodefikasi yang terdapat pada lukisan yang dibuat tahun 1495 dalam sebuah buku berjudul 'Da Vinci Code'. Dalam The Last Supper Da Vinci, tergambar Yesus berada di tengah dua kelompok muridnya. Kelompok di sisi kanan berjumlah enam orang dan di sisi kiri Yesus berjumlah enam orang. Persis di sisi kanan Yesus, duduk

Pemuda Katolik Tak Rela Yesus Disamakan dengan Soeharto

Laporan: M Hendry Ginting Jakarta, myRMnews. Ilustrasi cover Tempo yang menggambarkan Soeharto beserta enam anaknya, yang mirip dengan lukisan Leonardo Da Vinci menuai kecaman. Ketua Umum Pemuda Katolik, Natalis Situmorang kepada myRMnews, siang ini (Selasa, 5/2) menuturkan buat umat Kristen, perjamuan kudus itu maknanya sangat suci, karena perjamuan kudus itu merupakan perjamuan terakhir dengan murid-muridnya, sebelum Yesus disalib di bukit Golgota. “Makanya, perjamuan kudus itu akan selalu kami kenang dan tidak akan lepas dari iman kami,“ katanya. Ia menyayangkan mengapa redaksi Majalah Tempo dengan gegabah dan seenaknya saja mengambil lukisan perjamuan kudus dan menggantikan Yesus dengan Soeharto dan murid-muridnya dengan anak-anaknya. Wajar saja, kata Natalis, umat Kristen tersinggung, karena Soeharto, sebelum wafat tengah menghadapi tuntutan hukum atas kasus dugaan korupsi dari yayasan-yayasan yang didirikannya, eh malah disamakan dengan Yesus. Tidak itu saja, dalam mengambil il

IMLPC: “Perjamuan Kudus Soeharto” Bisa Menyesatkan

Laporan: Yayat R. Cipasang Jakarta, myRMnews. Sebagian umat Kristiani mulai merespons cover Majalah Tempo edisi 04-10 Februari 2008 yang menampilkan “Perjamuan Kudus” Soeharto dan keenam anaknya. Sejak Senin (3/2), beredar pesan singkat (SMS) yang menyebutkan cover Tempo tersebut menyinggung Kristiani dan umat lainnya yang peduli. Bahkan Pemuda Kristiani berencana protes dengan menggeruduk Kantor Tempo di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Direktur Eksekutif IMLPC Christina Chelsia Chan menyatakan, cover Tempo dapat menjerumuskan pemahaman orang awam. Mereka akan menyamakan Yesus dengan Soeharto dan kroni-kroninya yang dicap jahat. “Ini bisa misunderstanding ,” kata Chelsia kepada myRMnews, Selasa (5/2). Dari sisi Kode Etik Jurnalistik, menurut Chelsia, harus ditanyakan kepada redaksi Tempo, atas dasar pemahaman apa diputuskan untuk membuat dan mempublikasikan cover seperti itu. Sementara di sisi lain Perjamuan Kudu Yesus diimani umat Kristiania sebagai hal yang sangat suci. “Pemahaman

Cover Majalah Tempo Menuai Kontroversi

Laporan: M Hendry Ginting Jakarta, myRMnews. Politisi Partai Damai Sejahtera (PDS) Denny Tewu tidak mau negative thinking dalam menilai cover majalah Tempo edisi 04-10 Februari 2008. Dalam cover edisi terbaru tersebut, digambarkan Soeharto dan enam orang anak-anaknya. Ilustrasi tersebut mirip lukisan "The Last Supper" atau Perjamuan Terakhir Yesus beserta 12 muridnya karya Leonardo da Vinci. “Kami tidak mau negative thinking dulu,” kata Wakil Ketua Umum PDS, Denny Tewu kepada myRMnews Selasa siang ini (5/2) menyikapi cover majalah Tempo tersebut. Ia mengakui, ketika mengetahui munculnya cover seperti itu, malam kemarin (Senin, 4/2), para pengurus PDS menggelar rapat khusus untuk membahasnya. Hasilnya, PDS menugaskan bidang hukum dan HAM untuk melayangkan surat ke redaksional majalah Tempo. Dalam suratnya, PDS kata Denny menanyakan apa motivasi redaksi majalah Tempo membuat cover seperti itu. Denny meyakini, pemunculan cover tersebut, akan mendapat reaksi dari umat Kristen