Skip to main content

Pesan Apa di Balik ‘Perjamuan Kudus Soeharto’?

Laporan: Tuahta Arief

Jakarta, MyRMNews. The Last Supper karya Leonardo Da Vinci adalah salah satu bagian dari penggambaran adegan yang paling menentukan dalam sejarah kehidupan Yesus. Dalam peristiwa yang terjadi beberapa saat sebelum penangkapan Yesus di Taman Getsemani, Da Vinci menggambarkan keresahan murid-murid Yesus setelah Yesus mengabarkan bahwa salah seorang muridnya adalah penghianat. Maka keduabelas murid pun saling bertanya-tanya.

Ribuan tahun orang mencoba tahu, apa sebenarnya yang ingin disampaikan Da Vinci melalui lukisan yang sekarang terpampang di dinding Gereja Santa Maria Delle Grazie, Milan, Italia.

Hingga akhirnya Dan Brown mencoba menjelaskan kodefikasi yang terdapat pada lukisan yang dibuat tahun 1495 dalam sebuah buku berjudul 'Da Vinci Code'.

Dalam The Last Supper Da Vinci, tergambar Yesus berada di tengah dua kelompok muridnya.

Kelompok di sisi kanan berjumlah enam orang dan di sisi kiri Yesus berjumlah enam orang. Persis di sisi kanan Yesus, duduk Yohanes dan di sisi kirinya adalah Yakobus. Di belakang Yakobus duduk Thomas yang mengacungkan jari tanda tidak meragukan kabar Yesus. Filipus berdiri sambil meletakkan tangan di dadanya.

Sementara itu, di sisi kanan Yesus duduk Yohanes (yang oleh Brown dianggap sebagai Maria Magdalena). Sedangkan duduk di belakang Yohanes adalah Petrus. Dalam adegan itu, Da Vinci menggambarkan kekesalan Petrus dengan melukis Petrus seolah bangkit dari duduk dan menggenggam pisau.

Orang ketiga di sisi kanan adalah Yudas Iskariot yang digambarkan Da Vinci tengah kaget dan langsung mengarahkan wajahnya ke arah Petrus sambil menggenggam kantong uang.

Jelaslah, dalam The Last Supper, Da Vinci tengah menjelaskan kekacauan yang terjadi di tengah-tengah murid Yesus.

Setelah kematian Soeharto, Majalah Tempo terbit dengan edisi khusus Soeharto. Yang menggemparkan adalah, dalam cover edisi “Setelah Dia Pergi” terlihat mendiang Soeharto tengah duduk di antara dua kelompok anaknya.

Dalam gambar itu, Soeharto terlihat lemah, berbaju putih-putih dan duduk sambil memalingkan wajahnya ke kiri. Posisi duduk ini persis posisi duduk Yesus dalam lukisan karya Da Vinci.

Kendra Paramita si ilustrator sampul memang mengaku terinspirasi dari The Last Supper karya Da Vinci. Ada posisi yang mirip dan ada pula posisi yang berbeda dari lukisan Da Vinci.

Dalam “Setelah Dia Pergi”, Kendra menggambarkan posisi duduk di sebelah kanan Soeharto adalah anak tertuanya, Siti Hardiyanti. Dengan sedikit memalingkan wajah dari bapaknya, Kendra melukiskan Mbak Tutut tengah mendengar bisikan dari Hutomo Mandala Putra. Duduk di depan Tommy adalah Siti Hedijati Harijadi. Di mana dalam lukisan Da Vinci, posisi Siti Hedijati adalah posisinya Yudas. Hanya saja, dalam “Setelah Dia Pergi” Kendra menggambarkan Mba Titiek tengah terlibat diskusi sepihat dengan Mba Tutut.

Di sisi lain, duduk anak kedua Soeharto, Sigit Harjojudanto. Sambil menghalangi dua saudara dengan merentangkan tangan, Sigit terlihat kaget, namun dengan mimik wajah sedikit mencibir.

Sementara itu Bambang yang berdiri di belakangnya terlihat serius dan mendekatkan kepala ke arah Soeharto. Berdiri di belakang Bambang adalah si Bungsu Siti Hutami Endang Adiningsi alias Mamiek. Dalam adegan itu, Mamiek tidak memberikan ekspresi berlebihan. Persis seperti Filipus dalam The Last Supper Da Vinci.

Latar belakang lukisan karya Kendra, juga persis dengan lukisan The Last Supper. Mulai dari tingkap yang berjumlah tiga buah, hingga daerah V yang menjadi jarak duduk antara Soeharto dan putri sulungnya Mba Tutut.

Hanya saja, di atas meja tidak terdapat potongan roti maupun sisa-sisa perjamuan terakhir. Di atas meja, Kendra hanya melukis beberpa piring putih, mangkok bergambar ayam, asbak, gelas dan cangkir yang semuanya kosong!

Entah peristiwa apa yang sebenarnya tengah terjadi di dalam lukisan Kendra Paramita itu. Yang jelas, karya seni Kendra ini sudah melukai hati umat Kristiani. hta

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f