Skip to main content

Cover Majalah Tempo Menuai Kontroversi

Laporan: M Hendry Ginting

Jakarta, myRMnews. Politisi Partai Damai Sejahtera (PDS) Denny Tewu tidak mau negative thinking dalam menilai cover majalah Tempo edisi 04-10 Februari 2008. Dalam cover edisi terbaru tersebut, digambarkan Soeharto dan enam orang anak-anaknya. Ilustrasi tersebut mirip lukisan "The Last Supper" atau Perjamuan Terakhir Yesus beserta 12 muridnya karya Leonardo da Vinci.

“Kami tidak mau negative thinking dulu,” kata Wakil Ketua Umum PDS, Denny Tewu kepada myRMnews Selasa siang ini (5/2) menyikapi cover majalah Tempo tersebut.

Ia mengakui, ketika mengetahui munculnya cover seperti itu, malam kemarin (Senin, 4/2), para pengurus PDS menggelar rapat khusus untuk membahasnya. Hasilnya, PDS menugaskan bidang hukum dan HAM untuk melayangkan surat ke redaksional majalah Tempo. Dalam suratnya, PDS kata Denny menanyakan apa motivasi redaksi majalah Tempo membuat cover seperti itu.

Denny meyakini, pemunculan cover tersebut, akan mendapat reaksi dari umat Kristen yang berbeda-beda. Ada yang menganggap sebagai hal yang wajar, sebagai sebuah kreativitas, dan ada pula yang tersinggung.

Ia menambahkan, dalam perjamuan kudus (sesungguhnya), Yesus dikelilingi 12 pengikutnya. Sedangkan cover Majalah Tempo, berada di tengah dikelilingi putra-putrinya. “Mudah-mudahan tidak ada maksud Majalah Tempo untuk melecehkan Yesus Kristus, tapi sebagai bentuk kreativitas saja,” ujarnya. dry

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f