Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2017

Krakatoa yang membuat dunia seperti kiamat

KRAKATOA alias Gunung Krakatau di Selat Sunda sempat tandas setelah letusan hebat yang nyaris dunia seperti kiamat. Tapi kini, penerusnya setiap tahun bertambah tinggi 6 meter. Dan suatu saat kemungkinan Anak Krakatau yang seolah menyembul dari dalam lautan yang tenang dan anteng akan meledak kembali seperti tahun-tahun sebelumnya. Krakatau meletus pada Senin, 27 Agustus 1883 pukul 10.02 WIB yang diikuti tsunami dan menyebabkan 36.000 jiwa meninggal baik pribumi atau bangsa kolonial yang ada di sekitar Anyer. Soal titimangsa ini, para pengamat dan peneliti serta geolog pun tak pernah silang pendapat. Mereka semuanya sepakat. Sebuah kenyataan yang sebetulnya langka karena pada dasarnya dalam kasus-kasus yang lain pengamat atau para ahli kerap beda pendapat soal detail, pada waktu itu. Seperti diceritakan dalam buku yang ditulis Simon Winchester,   Krakatoa: Saat Dunia Meledak 27 Agutus 1883 , tanda-tanda Krakatau akan erupsi sebenarnya sudah diketahui gejalanya. Sayangnya, yang pa

Pak Raden, sang legenda itu

SEANDAINYA Drs. Suyadi alias Pak Raden masih hidup, tepat hari ini usianya genap 85 tahun. Namanya tentu akan selalu dikenang karena karya monumentalnya, serial Si Unyil tetap hadir menyapa dan menghibur penggemar sesuai zamannya. Bahkan pada ulang tahunnya yang ke-84 atau satu tahun setelah Pak Raden meninggal, mesin pencari sekelas Google pun memberikan penghormatan dengan menampilkannya dalam Google doodle. Serial Si Unyil tayang pertama kali di Stasiun TVRI, 5 April 1981 dengan tokoh-tokoh sarat karakter. Dan, sampai sekarang masih dapat dikenang bagi yang pada era 80-an hingga 90-an masih usia sekolah dasar dan remaja. Siapa yang tidak kenal dengan tokoh utamaya Si Unyil sapaan dari mungil yang artinya kecil dan muslim, Ucrit seorang teman beragama Katolik, Usro seorang rekan sepermainan yang rambutnya belah tengah dan teman-teman perempuan mereka masing-masing Meilani, Siti dan Menik. Juga ada tokoh sepermainan Unyil tetapi karakterya selalu bermusuhan masing-masing Cup

Selendang yang membuat Anies Baswedan luluh

IBU Saidah bukan apa-apa juga bukan siapa-siapa. Tapi sosok itu sangat menginspirasi Anies Baswedan, seorang gubernur yang berkuasa di DKI Jakarta. Seorang yang memiliki wewenang untuk menggusur atau mengusir siapapun dari Ibu Kota, apalagi kalau seseorang itu tinggal di bantaran kali yang kumuh. Tapi seorang Anies, rupanya sangat menghargai kemanusiaan. Siapapun orang di Jakarta termasuk yang hidup di kolong jembatan sekalipun memiliki hak untuk hidup dan diperhatikan atau paling tidak diperlakukan secara manusiswi. Ketika warga Bukit Duri berbondong-bondong ke Balaikota, Jumat (27/10/2017) pagi, Gubernur Anies dan wakilnya, Sandiaga Uno menyambutnya dengan senyuman mengembang. Warga pun datang tak sungkan dan mereka berebut untuk berjabat tangan erat. Di Balaikota kini tidak ada lagi kata-kata kasar atau istilahnya kosakata busuk yang berasal dari comberan atau ujaran dari kebun binatang. Tak ada juga pemandangan pongah ketika seorang gubernur memarah-marahi seorang ibu berwa