Skip to main content

Happy Salma, hijrah dari Cibadak

MASIH imut-imut. Usianya ketika itu memang masih 15 tahun. Keinginannya untuk populer mendorong gadis ting-ting dari Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat, ini nekat mendafar dalam ajang pemilihan kover Majalah Gadis.

Bila mengenang masa itu, Happy Salma mengaku selalu tersenyum sendiri. Menggelikan. Tapi sangat rindu untuk mengingatnya.

"Saya ingin tenar dan juga tergiur oleh hadiahnya yang saat itu untuk ukuran anak SMP lumayan besar," kenang pemeran "Nyai Ontosoroh" dan monolog "Ronggeng Dukuh Paruk".

Happy dan ribuan gadis lainnya dari seluruh Indonesia yang lolos tahap pertama dipanggil ke Jakarta. Dalam proses karantina kemudian Happy diminta panitia untuk menulis pengalaman pribadi dalam satu halaman kertas kuarto. Tapi rupanya Happy keasyikan dan menulis sampai tiga halaman.

"Isinya bukan hanya pengalaman tetapi sekalian juga curhat kepada panitia," kata Happy seperti dikutip Majalah Biografi.

Hasilnya tidak mengecewakan, Happy masuk dalam 14 finalis. Dengan modal ini, Happy memutuskan untuk terjun ke dunia model. Namun karena model harus pandai bergaya dan tentu saja harus cantik, Happy pelan-pelan mengurungkan niatnya.

"Saya merasa tertekan karena itu model saya tidak ditekuni secara serius," ujar Happy yang pertama kali jadi model mendapat honor Rp 150 ribu.

Happy kemudian lebih tertarik pada tarik suara. Sambil terus sekolah secara tekun di SMA, Happy kemudian membentuk band bernama Fla. Kadang juga ikut band milik kakaknya bernama Kerrang.

"Kakak memperkenalkan saya kepada Kang Eri personel band U-camp yang ketika itu sangat ngetop di kalangan anak muda. Tanpa disangka saya diajak rekaman."

Ketika itu produsernya almarhum Franky Sahilatua. Namun karena ada masalah internal kaset rekaman yang berisi suara Happy tidak pernah beredar. Ternyata, lagu itu malah diberikan kepada penyanyi lain.

Franky merasa tidak enak. Untuk mengobati kekecewaan, Franky kemudian memperkenalkan Happy kepada rekannya yang juga produser sinetron.

"Sejak saat itulah saya menjadi pemain sinetron. Genap usia saya 17 tahun," kata sutradara Rectoverso dan Kamis ke 300.

Lulus SMA Happy memutuskan hijrah ke Jakarta. Dari sinilah dunia sinetron presenter, iklan, film televisi, film layar lebar dilakoni dengan sungguh-sungguh. Dan puncaknya istri dari ningrat Bali,  Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa ini menulis buku yang disamput pasar seperti "Pulang" (2006), "Telaga Fatamorgana" (2008) dan "Hanya Salju dan Pisau Batu" (2010) & Pidi Baiq, urang konyol bin lucu dari Bandung.

Terbaru, Happy menulis biografi bertajuk The Warrior Daughter yang mengisahkan Desak Nyoman Suarti seorang pelukis perempuan Bali. Buku menceritakan kisah seorang yang dapat mengubah pandangan larangan melukis bagi perempuan.

Happy mengaku sampai tak kuat menahan air mata selama proses penulisan buku tersebut.  Karya-karya Desak Nyoman hanya disimpan dalam kardus.

"Saya melihat ada ribuan karyanya hanya disimpan dalam kardus. Beliau juga enggak punya arsip karyanya. Ini butuh kerja keras, waktu yang lama. Buku ini bisa dibilang sketsa kehidupan beliau. Katanya ada pepatah ide besar itu ide yang jadi. Walau banyak hambatan ini harus terjadi. Pertama kali lihat Desak Nyoman Suarti saya nangis. Saya pikir semua orang perlu tahu soal dia. Lalu, siapa lagi kalau bukan saya yang memperkenalkan," ujarnya.

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f