LUCIANA Andalusia. Tubuhnya ramping. Tidak tinggi, rambut hitam sebahu. Selalu mengenakan jins dan sebatu alas datar.
Andre mengenal cewek Palembang ini sejak kuliah semester pertama di Universitas Indonesia lima belas tahun silam. Hubungan semakin dekat secara fisik dan emosional saat Luci, cewek imut itu, ikut bergabung dengan organisasi yang Andre dirikan di kampus, Komunitas Kajian Sastra Rusia.
Intensnya pertemuan organisasi, lama-lama Andre semakin mempercayai pepatah Jawa witing tresno jalaran sukokulino (meski baru tahu artinya setelah cek Google). Pertama Andre tertarik karena fisiknya, terutama rambut sebahunya yang lurus kayak direbonding dan beberapa jerawat kemerahan yang selalu menghiasi muka bulatnya. Tahap selanjutnya Andre semakin meningkatkan porsi perhatian kepada Luci karena kalau diajak diskusi tentang apa saja selalu nyambung.
Sebenarnya, sejak awal-awal Andre sempat berusaha untuk nembak Luci. Namun, entah sudah berapa kali niat itu selalu diurungkan karena takut ditolak. Belakangan, sikap tersebut malah membuat Andre jomblo berkepanjangan. Saat itu memang Andre sangat yakin dengan tips di sebuah artikel majalah remaja bahwa tidak semua perempuan yang dekat dan sudah terbuka soal apapun, bisa menjadi pacar. Belakangan tips itu justru menjerumuskannya.
Sebenarnya, boleh dikatakan hubungan Andre dengan Luci sudah seperti pacaran yang standar. Bukan berarti Andre ge-er, tetapi ini bisa dibuktikan dengan pertanyaan teman-teman komunitas yang semuanya bernada menyelidik. Setiap kali Andre menyangkal, dalam anggapan teman-teman berarti sebaliknya. Anehnya, kadang-kadang Andre sangat rindu dengan pertanyaan teman-temannya itu.
"Udah, pacarin aja, Dre," kata Bagas yang dikalangan komunitas sering disebut seniman gagal karena kalau gambar sketsa orang tak pernah mirip. Namun dia selalu punya alasan seni itu tergantung insterpretasi. Kalau sketsa itu mirip dengan wajah asli seseorang apa bedanya dengan foto? Kalau debat bisa panjang dan pasti selalu keluar catatan kaki dari sejumlah buku filsafat. Berat!
"Gue takut ditolak," jawab Andre pelan-pelan. "Lu tau sendiri kan gue sering ditolak cewek."
"Lu tembak aja nanti dalam pertemuan kita di Puncak."
"Gue tetap nggak berani."
"Ya, terserah."
Sejak saat itu Bagas tak pernah lagi mendesak Andre untuk nembak Luci. Namun, belakangan Andre rindu desakan itu. Andre juga sangat rindu bila sebelum diskusi, apapun isu tentang Luci menjadi wacana pengantar.
***
Pagi itu, Andre berkunjung ke rumah kost Luci di Gang Sawo, Depok, Jawa Barat. Andre berkunjung karena Luci sendiri mengabarkan ia tak bisa kuliah karena sakit. Saat itu juga Andre langsung meminta izin lewat handphone kumalnya untuk menjenguk penuh rindu.
"Sakit apa, say...Luci?" tanya Andre sesaat setelah sampai di rumah kostnya dan nyaris mengucap sayang.
"Biasa, penyakit perempuan," jawab Luci.
"Katanya sih aku ada masalah dengan kandungan."
"Seriuskah?"
"Besok aku harus periksa ke Rumah Sakit Pertamina."
"Aduh, aku kuliah."
Sebenarnya Andre nggak bisa ngantar karena memang nggak punya duit. Saat itu Andre adalah mahasiswa miskin yang datang ke Jakarta dari sebuah udik terpencil di Priangan Timur.
Teman-teman di komunitas juga sudah mafhum bahwa Andre dikenal sebagai mahasiswa yang setiap akhir semester paling rajin membuat proposal ke para seniornya yang memiliki ikatan primordial dan sudah sukses di Jakarta untuk nyumbang.
"Ngak pa-pa, besok dianter kakak." Luci seperti sudah mengenal alasannya.
"Besok aku nggak kuliah. Pinjem catatan aja, ya."
Pagi itu bukan pertemuan terakhir Andre dengan Luci. Andre selalu punya saja alasan untuk bertemu dengannya. Dari mulai membuat konsep surat untuk mengundang anggota komunitas berdiskusi, mengkopi catatan kuliah, hingga meminjam buku dan modul.
***
Andre paling dulu meninggalkan kampus. Kendati begitu bukan berarti Andre putus hubungan dengan Luci. Pertemuan Andre semakin intens terutama saat Luci sibuk menyusun skripsi. Beberapa kali Luci meminta bimbingan terutama soal metodologi penelitian.
Andre sempat mengumpulkan kekuatan dan mental untuk nembak, sebelum Luci menyelesaikan skripsinya. Lagi-lagi rencana itu gagal hanya karena tidak siap bila ditolak. Belakangan hubungan Andre agak renggang lantaran sibuk bekerja di sebuah stasiun televisi partikelir.
Suatu hari Andre baru sadar, ternyata Luci sudah menyelesaikan skripsinya. Andre kontak lewat telepon selular ternyata Luci sudah berada di Palembang. Gila! Kerja membuatku lupa. Andre memarahi dirinya sendiri.
***
Andre merasa semakin tolol ketika Luci akan menikah dengan Roni, seorang anak Betawi yang juga tetangga Luci di Gang Sawo. Andre sudah curiga dengan cowok itu yang sering dibawanya dalam pertemuan komunitas.
Namun, Andre selalu takut untuk bertanya mengenai cowok jaim itu.
Belakangan malah Andre mendapat kabar Luci sudah melahirkan anak pertamanya dan sudah berketetapan hati untuk menetap selamanya di Palembang karena mewarisi usaha ayahnya.
Sejak saat itu Andre tak berani lagi menghubungi Luci, sekadar untuk mengucapkan selamat sekalipun. Sialnya lagi, nomor selular Luci hilang karena nomor telepon luput isi ulang.
Sampai kini Andre selalu merindukan perjumpaan dengan Luci. Namun, entah sampai kapan perjumpaan itu akan terwujud. Yang pasti kalaupun bertemu belum tentu Andre berani menatap wajahnya. Andre malu. Namun, sempat tercetus, apapun keadaannya, janda sekalipun Andre akan menerima Luci seutuhnya menjadi istri.
***
Andre melihat ada pesan di inbox Facebook. Ah, kabar dari Luci. Rupanya Luci membaca "pledoi cinta" dalam tulisan di blog pribadi Andre yang ditulisnya pekan lalu.
Halo kang...semoga kbrnya baik ya! Adek udah
baca semua tulisan yg ada di web, sebenernya
nggak nyangka bgt kl dulu Andre punya perasaan
dengan Adek. Makanya pas baca kagetnya minta
ampun. Perasaan yg muncul ketika selesai
membaca sulit utk dilukiskan deh! Apa
ya....sepertinya cuma satu kata: "TAKDIR".
Trus mikir juga sambil senyum-senyum...kenapa
koq dl Andre gak berani ngungkapin perasaan ke
gue, padahal....(apa msh perlu diceritain ya? Okeh
anggap aja ini ungkapan perasaan yg telah lalu)
padahal pada saat itu perasaan hati kita sama!!
Tapi ya itu tadi, inilah takdir Allah. Mungkin
dengan takdir spt ini ada byk hikmah yg bisa kita
raih, may be one day u'll find a better girl than me!
So do i. Tapi yg pasti rasa kagum gue ke Andre
nggak pernah luntur! Semoga sukses ya Dre...
***
Dalam usia 38 tahun kini, Andre masih menjomblo dan masih tetap menunggu kabar apapun tentang Luci....
Depok, 8 Maret 2016
Comments
Post a Comment
Anda Berkomentar Maka Saya Ada