Skip to main content

Ustad Resmi vs Ustad Tak Resmi, What?

Foto: Tempo

USTAD Abdul Somad, laki-laki kurus dan berwajah udik. Tapi pemerintah alias rezim sangat takut.

Kalau mau main fisik, Somad disenggol Ade Rai bisa langsung sempoyongan. Atau di-sliding tackle Bambang Pamungkas pasti jatuh.

Tapi bukan itu, yang ditakuti rezim dan sekelompok orang paranoid. Pemikiran dan jutaan umat Somad-lah yang ditakuti. Jutaan subscriber-nya yang ditakuti.

Somad adalah aset. Lulusan Al Azhar Mesir dan PhD dari Maroko yang dapat jabatan profesor dari Brunei Darussalam. Sampai kampusnya tempat mengajar berat hati untuk melepaskan sang ustad karena rezim membencinya. 

Tapi Somad tahu diri karena keberadaannya di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska), hanya membuat petinggi dan teman-temannya tidak nyaman. Somad pun keluar dari kampus dengan kepala tegak.

Somad resmi mengundurkan diri atau dipecat dengan hormat dari kampus yang seharusnya menampung dan menjunjung tinggi kebebasan perpikir, Rabu (20/11/2019). Kampus yang seharusnya mendiskusikan dan memperdebatkan pemikiran kiri sampai kanan dan pemikiran radikal sampai moderat.

Somad langsung atau tidak, sekarang ini sudah menjadi simbol ketakutan. Somad telah dijadikan kelompok paranoid sebagai simbol radikal dan intoleran.

Padahal Somad menyatakan kajian atau pernyataannya yang sensitif selalu dalam forum tertutup. Untuk menguatkan umatnya. Tapi kalau itu tersebar keluar dan membuat kelompok lain kebakaran kumisnya karena Somad pun tidak bisa melarang kalau rekamannya tersebar di media sosial.

Toh, penceramah agama lain pun di tempat ibadahnya selalu menguatkan umatnya. Bahkan ada yang lebih radikal. Dan juga menganggap umat lain yang beda agama bukan umatnya bukan gembalanya. Jadi tidak ada bedanya. 

Karena itu adillah sejak dalam pikiran!

KPK menjadi contoh lambang institusi yang paranoid. KPK yang begitu powerfull, superbody, lembaga yang paling ditakuti, harimau gunung, kok jadi kucing garong ketika membicarakan Somad.

Agus Rahadjo petinggi KPK begitu tapkut lembaganya kedatangan Somad yang diundang anak buahnya. Somad pun disebutkan datang ke institusinya karena undangan atas sekelompok kecil pengajian di KPK. 

Dengan tegas Agus Rahardjo yang sangat garang kepada koruptor begitu gemetar ketika wartawan menyinggung kedatangan Somad ke KPK.

"Abdul Somad datang bukan atas undangan lembaga," tegasnya. "Bukan, ada sekolompok. Di KPK ada organisasi namanya BAIK. Itu singkatan (Badan Amal Islam KPK)," ujar Agus.

Padahal Somad datang ke KPK tidak bicara halal dan haram, muslim atau kafir, surga dan neraka. Atau mengkritik pemerintah atau mengkritik KPK. Tapi Somad memperkuat KPK untuk tegak dan istikamah dalam penegakan dan pemberantasan korupsi.

Akhirnya KPK pun terjebak dan telah memberikan kontribusi pada pembelahan umat di bawah. Karena KPK telah membuat dua definisi ustad. Ada ustad resmi (diundang khusus lembaga) dan ada ustad tidak resmi.

Sehari setelah kedatangan Somad, KPK pun akhirnya kedatangan ustad 'resmi', Rabu (20/11/2019). Namanya KH Ahmad Muwafiq alias Gus Muwafiq. 

"Jadi beda, yang kemarin (UAS) ada beberapa orang yang mengundang kajian Dzuhur, kemudian sebetulnya tidak disetujui pimpinan. Kalau yang hari ini (Gus Muwafiq) memang programnya pimpinan," kata Agus.

Sekelas KPK takut sama Somad dan harus ada ustad 'penawar' segala, bagaimana berani memerangi korupsi yang juga sudah radikal di negeri ini hanya karena khawatir KPK dicap terpapar radikal, radikul dan radikem sehingga mingkem.

Hanya karena ada sekelompok orang di KPK yang berjenggot, jidat hitam dan mungkin bercelana cingkrang?

Sungguh naif!


Haluan.co, 21/11/2019






Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f