Skip to main content

Tiga Hari Bersama Ayu Azhari, Ngapain Aja?

Foto: Istimewa

INI tentang ceritama lama. Ya, tak selamanya sosialisasi Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) bikin ngantuk dan menjemukan. 

Ternyata urusan negara yang serius dan absurd pun bisa juga dibawa santai dan anggota MPR yang sehari-hari sangat serius, bila berhadapan dengan aktris yang menjadi simbol pada zamannya bisa juga tertawa lebar.

Apalagi, beuuuuhhhh… peserta sosialisasi itu di antaranya ada perempuan yang pernah menjadi simbol seks pada zamannya meski kini sudah berumur dan beranak banyak. Malah sempat telanjang bulat pisan dalam film "Gairah Seks" bersama aktor impor Frank Zagarino. Tak masalah.

Ya, Ayu Azhari masih tetap menggoda dan gemesin. Paling tidak buat Bachtiar Aly anggota MPR dari NasDem dan Zainut Tauhid Sa’adi dari dari PPP.

Bermula ketika Ayu Azhari yang masih semok dan ayu ini menjadi peserta sosialisi Empat Pilar di Lembaga Sensor Film (LSF) belum lama ini. Ayu Azhari mengeluh karena pekerja seni khususnya kalangan perfilman tidak dilibatkan dalam kegiatan tersebut.

Ayu Azhari–belakangan ini sering tersangkut dengan masalah-masalah para elite baik di pusat maupun di daerah–memberikan contoh pekerja film dan sastrawan yang telah memberikan sumbangsih dengan karya-karya masterpiece-nya kepada negara.

Sebut saja almarhum Usmar Ismail, Mochtar Lubis dan Teguh Karya. Termasuk para generasi pekerja film era kiwari yang telah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. “Mereka itu sangat hebat. Cuma medianya saja yang berbeda.”

“Kegiatan sosialisasi itu sangat baik dan bisa menyatukan kita. Mengapa kami tidak dilibatkan?” tagih Ayu Azhari lebih serius.

Gugatan Ayu tersebut langsung disambut nakal Zainut Tauhid. “Saya, eehhh… MPR terbuka untuk Ayu Azhari. Kami membuka diri untuk melibatkan Ibu Ayu Azhari sebagai trainer on trainer,” kata Zainut Tauhid disambut tawa peserta lainnya dan wartawan yang meliput.

Bachtiar Aly pun sepertinya gatal juga dan melempar guyonan sambil melihat Ayu Azhari yang tersenyum simpul. “MPR dalam hal ini terbuka bukan hanya antara Zainut dengan Ayu Azhari. MPR terbuka juga kepada pekerja seni, budayawan termasuk artis film,” ujarnya, lagi-lagi disambut tertawa lebar.

Zainut Tauhid kembali melempar guyonnya. “MPR membuka diri kepada Ibu Ayu untuk menjadi trainer. Dan ini sudah ada programnya selama tiga hari," kembali guyonan Zainut Tauhid yang disambut geeeer.

Wartawan yang berpikiran nakal kemudian nyelutuk. “Wow, tiga hari ngapain aja sama Ayu Azhari?”

Ah, dasar ngeres.

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f