Skip to main content

Mahasiswa Takut pada Rektor, Rektor Takut pada Presiden, Presiden Takut pada...


Ilustrasi: Haluan.co

LAGI-LAGI dunia politik Indonesia dibuat lucu. Lucuuuu...sekaliiiii.... Kabar lucu itu datang dari Istana. Sekretaris Kabinet Pramono Anung pangkal mulanya.

Alumnus Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB), kampus tempat berkumpulnya orang cerdas itu, tiba-tiba menyampaikan pidato beraroma klenik di tempat terhormat yang sangat menolak kemusyrikan, Pesantren Lirboyo di Kota Kediri, Jawa Timur. Lirboyo adalah satu di antara pesantren legendaris di Indonesia.

Sayang saya tidak melihat konteksnya ketika Pramono Anung berpidato di hadapan jamaah, santri serta pengasuh Pesantren Lirboyo sekaligus di dapil doktor komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran Bandung ini.

Apakah Pramono mengatakan Presiden Jokowi tidak bersedia hadir ke Kediri karena khawatir kena tuah lengser dalam konteks bercanda, guyon atau cuma jokes.

Dari sini saya dapat menyimpulkan dengan pernyataan penegas dari Pramono Anung. "Pak Kiai, terus terang saya termasuk yang menyarankan Pak Presiden tidak ke Kediri," kata Pramono di hadapan pengasuh Pesantren Lirboyo.

"Karena saya masih ingat, ini mau percaya atau enggak. Gus Dur kundur (pulang) dari Lirboyo tidak begitu lama gonjang-ganjing di Jakarta," tambah Pramono.

Dari dua kalimat Pramono Anung itu saya sudah bisa menyimpulkan pernyataan itu disampaikan dalam kesadaran penuh. Tidak ada guyon sama sekali. Serius!

Ada dua masalah dalam konteks ini. Pertama Pramono Anung pribadi dan juga sosok Jokowi di sisi lain. Kenapa seorang Pramono Anung bisa membuat atau memberikan masukan berlandaskan mitos. Tidak berdasarkan logika dan data statistik. Padahal Istana punya projek besar bernama 'Satu Data'.

Masalah lainnya, kenapa Presiden mengamini mitos itu sehingga urung meresmikan projek infrastruktur dan mampir ke Pesantren Lirboyo. Padahal pembangunan infrastruktur adalah mahkota Pemerintahan Jokowi.

Rupanya setelah ditelisik, Soekarno dan juga Gus Dur konon lengser karena sebelumnya berkunjung ke Kediri.

Lengsernya kedua tokoh bangsa itu dipercayai sebagian kalangan karena kutukan Raja Kalingga, Kartikea Singha yang berkuasa sekira abad ke-6 Masehi.

"Kutukannya cukup jelas, siapa kepala negara yang tidak suci benar masuk wilayah Kota Kediri maka dia akan jatuh," jelas Kiai Ngabehi Agus Sunyoto, budayawan penulis Atlas Walisongo seperti dikutip dari Merdeka.com.

Dari sini akal sehat sampai akal dungu sekalipun meminjam istilah Rocky Gerung, bisa mengambil kesimpulan simplistis.

Kalau Pramono Anung yang penulis buku "Mahalnya Demokrasi, Memudarnya Ideologi" ini mempercayai mitos itu berati Soekarno dan Gus Dur dan juga Pak Jokowi tidak suci benar dong.

Karena kalau tidak percaya kan tinggal seperti Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono yang bisa melawan mitos tersebut. Tak masalah dan tetap dua periode.

Kenapa harus takut. Suara mayoritas, kok. Anasir oposisi terkuat sudah dirangkul. Oposisi yang ada hanya tinggal remah-remah saja.

Mahasiswa? Alah, apa itu mahasiswa. Mereka sudah tidak bernyali dan sibuk dengan urusan kuliah.

Karena itu puisi karya sastrawan Taufiq Ismail yang sangat populer pada awal reformasi sudah kehilangan makna dan layak diamendemen tanpa harus menggunakan mekanisme sapu jagat 'Omnibus Law'.

Mahasiswa takut pada Dosen

Dosen takut pada Dekan

Dekan takut pada Rektor

Rektor takut pada Presiden

Presiden takut pada mahasiswa mitos....


Haluan.co, 16 Februari 2020 16:08 WIB

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f