DI masa pegebluk korona ini saya lebih banyak waktu untuk membaca buku lama dan juga membersihkan sejumlah buku di perpustakaan pribadi yang kertas book paper-nya sudah mulai menguning. Nah, buku yang sudah mulai lapuk itu salah satunya kumpulan cerpen Djenar Maesa Ayu.
Hemm, isu apapun seolah menjadi mesum dan tak jauh dari selangkangan bila membaca sekilas cerpen atau buku kumpulan cerpen Djenar Maesa Ayu. Mulai dari buku yang saya baca sekilas (tapi tak saya koleksi) seperti ‘Mereka Bilang Saya Monyet’, ‘Jangan Main-Main (Dengan Kelamin)’ dan ‘1 Perempuan 14 Laki-Laki’.
Praktis semua ‘onderdil’ milik laki-laki dan juga perempuan ditulis tanpa tedeng aling-aling. Bertebaran! Bahasa yang digunakan amat lugas, bahasa kamus dan nir eufemisme. Nyaris tak ada bahasa tulis Pujangga Baru.
Buku Djenar yang mulai lapuk dan saya baca berjudul ‘Saia’. Berisi 15 cerpen. Dua cerpen yang mendapat perhatian saya berjudul ‘Mata Telanjang’ dan ‘Ranjang’. Soalnya bercerita tentang politisi dan anggota DPR.
‘Mata Telanjang’ bercerita tentang seorang politisi muda yang juga anggota Badan Anggaran, naksir kepada perempuan penari telanjang. Politisi itu minta imbalan penari telanjang kepada mitranya dengan kompensasi proyeknya akan diatur di Banggar.
…politikus muda yang selalu bicara soal moral itu duduk dengan mata penuh berahi memandangi para penari telanjang meliuk-liuk di atas panggung….
Nah, cerpen ‘Ranjang’ tak jauh berbeda. Namun kali ini anggota DPR ‘yang lain’ ini tengah berselingkuh dengan perempuan yang mencintainya sepenuh hati. Selingkuhan ‘yang beda’. Perempuan yang tidak banyak menuntut dan termasuk yang menerima kekurangannya (maaf, interpretasi saya penisnya kecil).
Cerpen ini sejak alinea awal sudah dibuka deskripsi nakal, “Tubuh perempuan telanjang yang tergolek di atas ranjang itu memancing kembali gairahnya. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum rapat memaksanya pergi. Waktu yang sangat cukup untuk dipakai bercinta dan mandi.”
Kemudian cerpen itu ditutup dengan ironi, “Ia menghela napas lalu melirik ke arah jam yang melingkar di tangan kiri. Masih ada sisa waktu lima puluh menit lagi sebelum rapat memaksanya pergi. Waktu yang sangat cukup untuk dipakai bercinta dan mandi, sebelum meluncur ke Gedung DPR RI demi membahas Rancangan Undang-undang Antipornografi.”
Jangan terlalu serius, Djenar memang liar....
Comments
Post a Comment
Anda Berkomentar Maka Saya Ada