Skip to main content

Tragedi Percik, ketika Bung Karno selamat dari pembunuhan

GENAP 60 tahun lalu tepatnya 30 November 1957 percobaan pembunuhan kepada Presiden Soekarno terjadi di Perguruan Cikini (Percik) di Jalan Cikini Raya No. 76 atau sekira 500 meter dari Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Sebuah granat dilemparkan kepada Bung Karno namun tak sampai sasaran.

Peristiwa yang mengguncang Indonesia pada saat itu termasuk tragedi yang mematikan. Dari sekira tujuh kali percobaan pembunuhan kepada Bung Karno, peristiwa Cikini termasuk yang memakan banyak korban terutama anak-anak sekolah.

Kejadian berawal ketika Bung Karno memenuhi undangan Sumadji Muhammad Sulaimani, Kepala Perguruan Cikini dalam rangka ulang tahun ke-15 perguruan itu yang dimeriahkan sejumlah acara termasuk pesta dan bazar. Percik juga menjadi tempat sekolah anak Bung Karno seperti Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri.

Dalam tragedi itu 9 orang tewas dan 7 di antaranya meninggal di lokasi kejadian, sebagian besar anak-anak sekolah. Salah satu siswa yang menjadi korban bernama Irwan berusia 10 tahun siswa kelas tiga yang juga keponakan Kepala Polisi Sukanto.

Granat juga merusak mobil Presiden Soekarno, Chrysler Imperial benopol Indonesia l hadiah dari Raja Arab Saudi. Mobil itu sampai kini menjadi saksi sejarah bisu yang tersimpan dan terawat dengan baik di Museum Joang '45.

Dibanding peristiwa percobaan pembunuhan lain, peristiwa Cikini termasuk yang paling menegangkan. Penyelamatan Bung Karno sangat heroik karena terbilang 'konvensional'. Sementara percobaan pembunuhan itu sangat terencana dan berskenario. Soekarno menyebut, para pelaku termasuk komplotan teroris yang tidak puas dengan kondisi politik pada masa itu.

Presiden diselamatkan tidak menggunakan mobil, melainkan dilarikan ajudan ke dalam rumah penduduk di sebuah gang sempit dengan menyeberang jalan raya. Bung Karno dikelilingi para ajudannya sebagai tameng. Setelah merasa aman kemudian dibawa ke dalam mobil dan dilarikan ke Istana.

Belakangan baru diketahui, seandainya Presiden Soekarno saat itu langsung diselamatkan dengan menumpang mobil, kejadiannya akan lain. Ternyata para penyerang setidaknya menyiapkan empat granat dan salah satunya granat diarahkan kepada mobil  yang akan ditumpangi Presiden Soekarno dengan cara melumpuhkan terlebih dahulu anggota vooorrijders sehingga tercipta kepanikan.

Hanya dalam 24 jam para pelaku dapat diringkus. Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat periode 1952-1956 dan mantan Kepala Intelijen Negara yang kedudukannya di bawah koordinator Soekarno, Zulkifli Lubis, dituduh menjadi dalangnya.

Satu di antara sosok penyelamat Presiden Soekarno saat itu Mayor Sudarto. Pria yang dilukiskan gagah dan tampan itu adalah ajudan Presiden dan usianya 35 tahun. Dia juga yang memerintahkan anak buahnya untuk menembak siapa saja yang mendekat kepada Presiden ketika ketegangan terjadi di gang sempit nan sumpek di Cikini.

Banyak versi mengenai motif dan para pelaku di balik percobaan pembunuhan Bung Karno. Tuduhan juga dialamatkan kepada para anasir dan pentolan pemberontak DI/TII. Ada juga yang menyebutkan rencana  pembunuhan itu terkait sakit hati persoalan perempuan.

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f