Skip to main content

Film semi Korea, emang paling-paling...

BELAKANGAN ini tiba-tiba saja saya sangat menyukai film-film Korea Selatan, terutama sinema seminya. Aktrisnya tentu cantik-cantik. Ada yang kurus ada juga yang semok. Tidak seperti film Jepang, pemain semi itu seperti dibintangi aktris film kelas keduanya.

Terlepas, dari aktris Korea itu apakah produk vermak wajah atau operasi plastik atau manipulasi make up yang kini juga digandrungi ibu-ibu muda di Indonesia. Film semi di Korea adalah bagian dari budaya populer yang terus disebarkan seperti virus ke sejumlah negeri jiran termasuk Indonesia.

Dari sejumlah film yang sudah saya tonton ada sejumlah kesamaan tema dan juga substansi antara film-film Korea dengan film atau kultur urban di Indonesia. Nggak jauh dari kehidupan sosialita, hedonisme dan tentu perselingkuhan. Rupanya ini yang membuat remaja dan ibu-ibu muda Indonesia keranjingan film Korea.

Setidaknya ada dua film semi Korea yang membetot perhatian saya. Kedua film yang diproduksi tahun 2016 ini memiliki kesamaan tema, peran dan karakter. Kedua film bercerita tentang suami yang sama-sama sebagai laki-laki mapan dan sukses namun sangat abai dengan istrinya yang menjadi ibu rumah tangga.

Pesan yang ingin disampaikan kedua film itu bahwa kekayaan dan kesuksesan karier bukan segala-galanya. Cinta dan kasih sayang kepada istri yang kesepian di rumah menjadi tema besar kedua film tersebut dan harus menjadi perhatian para suami.

Sekali saja istri kecantol laki-laki lain yang memberikan perhatian penuh dan menyodorkan kasih sayang berbeda dengan suaminya, rumah tangga menjadi pertaruhan. Istri mulai membandingkan dan lama-lama akan keluar rumah. Tentu akhirnya berbuah fatal karena istri berselingkuh dengan laki-laki lain.

Dalam film bertajuk Affair (2016), bercerita tentang suami yang berkarier cemerlang namun lebih asyik dengan dirinya sendiri. Ketika istri membutuhkan dialog dan percakapan intes di kamar tidur lantaran seharian lelah mengurus rumah, sang suami malah memilih melampiaskan hobinya memancing.

Akibatnya sangat fatal, sang istri yang cantik dan kemayu ternyata kepincut laki-laki yang bertetanggaan dalam satu kompleks. Sang istri diperankan aktris Lee Eun-mi-I yang bermain bagus dan berakting sepenuh jiwa.

Begitu juga dalam film Neighbor's Wife (2016), tak ada yang kurang secara ekonomi dengan suami yang seorang profesional. Namun, sang istri yang diperankan aktris cantik dan seksi  Kim Jin-seon ternyata merindukan suasana lain. Sejatinya tak ada yang kurang dengan sang suami termasuk dalam urusan ranjang.

Tapi rupanya sang istri, ibu rumah tangga dengan satu anak ini, memiliki 'tantangan' lain setelah kepincut pelatih tenis yang memberikan sentuhan dan aura berahi yang lain dengan suaminya. Dari sinilah awal petualangan seks liar dimulai bahkan sampai menitipkan putrinya yang masih balita kepada orang tuanya.

Anda penasaran dengan kedua film ini?

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f