Skip to main content

Duh, Winny Charita menikah

SIAPA pun laki-laki yang normal pasti menyebut presenter tvOne Winny Charita, cantik atawa geulis mungkin bagi yang berselara rendah cukup menyebut manis atau menarik. Tapi apalah penilaian orang tentang sosok lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga ini. Nggak penting, toh Winny kini sudah menikah.

Tanda-tanda Winny akan segera menikah saya baca ketika tanpa sengaja membaca majalah ME Asia edisi 11 Desember 2014. Dan, Winny menjadi cover majalah yang pangsa pasarnya para pria itu dengan judul tulisan "Tantangan Jurnalisme yang Mencerdaskan”.

"Jika ada pria yang jatuh hati pada kamu, apa yang harus dia perbuat untuk menaklukan hati kamu?" tanya majalah ME.

"Saya sebenarnya bukan orang yang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama, jadi harus kenal dulu dia lebih jauh. Tidak ada syarat khusus untuk pria bisa jadi pasangan saya. Tapi yang paling penting dia harus mempunyai visi dan tujuan hidup ke depannya," papar Winny.

"Apakah sekarang sudah ada?"

"Ya ada. Insya Allah secepatnya menikah. Dia bukan dari kalangan media, tetapi… dia pernah jadi nara sumber saya…."

Dan benar saja, suami Winny adalah narasumber yang pernah diwawancarainya, Kapolda Kalimantan Selatan Brigjen Pol Agung Budi Maryoto.

Kisah cinta keduanya berawal dari sebuah wawancara pada Desember 2012. Kala itu Winny bertugas untuk membawakan acara terkait persiapan pengamanan Natal yang dilakukan Mabes Polri dengan narasumber Agung Budi Maryoto yang saat itu menjabat Wakil Kepala Korps Lalu lintas Mabes Polri.

"Kenalnya sudah lama, tahun 2012 lalu pas wawancara," ucap Winny seperti ditulis detik.com.

Setelah itu keduanya intens berkomunikasi hingga pada awal 2013 mereka berpacaran. Butuh waktu yang cukup lama untuk Winny dan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1987 ini mengenal satu sama lain hingga akhirnya memutuskan untuk menikah 21 November 2015 di kediaman orang tua Winny Jalan Trunojoyo 50, Jember, Jawa Timur.

"Proses pacarannya hampir 2 tahun sudah lama," ucap perempuan berusia 30 tahun ini.

Di mata Winny, calon suaminya adalah sosok lelaki yang sabar dan pengertian. Dia juga bisa memahami bagaimana pekerjaan Winny sebagai seorang wartawan, begitu juga dengan Winny yang harus memahami bagaimana tugas polisi sebagai pelayan masyarakat yang harus siaga 24 jam.

"Kami tugasnya hampir sama, polisi dan wartawan harus standby saat pekerjaan membutuhkan kita. Jadi saling pengertian yah," kata Winny.

Selama berpacaran, keduanya belajar untuk saling memahami satu sama lain. Apalagi menurut Winny keduanya berangkat dari status yang berbeda. Winny bertatus lajang dan Agung menduda beranak tiga. Usia keduanya terpaut 20 tahun.

"Kita berangkat statusnya memang berbeda, saya single dan Mas Agung duda membawa 3 anak. Jadi ada proses pembelajaran bagaimana saya harus masuk ke dalam keluarga dia dan dia juga ke keluarga saya," ujar kelahiran Jember pada 31 Mei 1985.

Seperti diceritakannya kepada ME, bergelut dalam dunia jurnalistik televisi, bukanlah impian wanita penggemar musik rock ini. Angannya berbelok saat ia kuliah di Universitas Airlanga dan mulai mencoba bekerja sebagai jurnalis di Jawa Pos Media TV melalui ajang pencarian bakat.

Walaupun ia mengaku awalnya hanya coba-coba, ternyata ia malah terpilih menjadi pemenang di ajang tersebut. Profesi jurnalis ternyata membuka pikiranya bahwa memberikan informasi pada masyarakat merupakan langkah awal dalam mencerdaskan bangsa.

Artinya, melalui informasi yang diberitakan sesuai fakta, kritis terhadap masalah-masalah yang muncul di masyarakat, serta mengawal serangkaian kebijakan pemerintah sebagai bagian dari amanah rakyat itu sangat mustahil bila berbuntut pembohongan publik.

Boleh dikatakan, ini merupakan pengabdian alumnus SMA 1 Jember kepada masa depan masyarakat, bangsa dan negara. “Memberikan informasi kepada masyarakat itu menurut saya mencerdaskan, karena berita selalu berkembang sesuai dengan perkembangan jaman dan manusianya,” ujar Winny lagi kepada ME.

Usai menempuh pengalaman jurnalis di TV lokal, ia mencari tantangan baru dalam ranah yang lebih besar. Ia pun bergabung dengan KampusOne, sebuah pelatihan televisi yang digelar tvOne. Bersamaan dengan itu, Winny lulus dan diterima menjadi presenter tvOne.

Ini pula yang membuatnya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dengan bekal ijasah S1 dan kemampuannya sebagai presenter, pembaca berita dan memimpin talk show. “Setelah lulus mendapatkan ijasah, saya meyakinkan diri untuk serius menekuni bidang ini.”

Apakah Winny masih tetap akan berkarier di televisi dan menyapa pemirsanya dalam "Apakabar Indonesia Pagi"? Winny hanya tersenyum syarat makna.

Tentu, jadi ketua bhayangkari yang membawahi istri-istri polisi di lingkungan Polda Sulawesi Selatan lebih sibuk. Sebuah pengabdian lain. "Bukan begitu Ibu Winny Agung Budi Maryoto?

Comments

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f