Oleh: Yayat R Cipasang
MUNGKIN terlalu remeh atau sangat berlebihan bila saya meminta calon Gubernur DKI Jakarta yang kini tengah menebar pesona untuk peduli galian di ibu kota ini. Saya pikir juga tidak terlalu populis untuk meminta gubernur peduli terhadap galian yang terkesan sebagai proyek tahunan ini.
Tetapi menurut saya, masalah galian di Jakarta ini tidak bisa disepelekan. Bila galian itu di kampung-kampung mungkin tidak masalah. Tetapi bila galian itu di pusat kota seperti di Jalan Gatot Subroto, Sudirman, Thamrin atau di Medan Merdeka, tentu menurut saya sangat bermasalah.
Bukankah Jakarta adalah wajah Indonesia? Tentu saja Jakarta yang menjadi etalase Indonesia seharusnya bersih, nyaman dan juga aman. Galian perlu diannggap serius karena selain mengganggu keindahan juga bisa mengganggu kenyamanan pejalan kaki.
Musim galian juga selalu kompak dengan musim hujan. Bagi pekerja galian ini memang menolong karena tanahnya mungkin gembur sehingga mudah digali. Tetapi bagi pengguna jalan, tanah galian itu bisa menjadi biang kecelakaan. Tidak sedikit kecelakaan sepeda motor terjadi karena terpeleset tanah galian.
Bila Anda melewati, Jalan Gatot Subroto atau Sudirman sampai saat ini masih bisa ditemukan sejumlah galian yang masih dalam proses pengerjaan. Selebihnya sudah selesai dikerjakan tetapi perbaikannya tidak sempurna.
Galian serupa juga masih bisa di lihat di TB Simatupang, Buncit Raya atau di Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Belum lagi galian di sejumlah pinggiran kota seperti Pondok Gede atau Lenteng Agung.
Anehnya, setiap proyek galian rampung, perbaikannya tidak seperti kondisi semula. Banyak pedestrian atau trotoar atau halte bus malah rusak parah. Konblok trotoar dipasang seenaknya dan akhirnya berantakan. Jalan menjadi becek dan licin.
Sudah banyak ahhli tata kota yang memberikan solusi atas kesemrawautan ibu kota ini. Misalnya untuk masalah galian ini ada pakar yang menyarankan agar PDAM Jaya, PLN, Telkom atau Indosat yang berhubungan dengan galian tiap tahun agar membangun terowongan bersama. Terowongan ini diharapkan dapat mengurangi penggalian di ibu kota. Sampai saat ini, ide itu belum ada realisasinya.
Sepertinya, calon Gubernur Jakarta yang akan bertarung dalam pilkada langsung 8 Agustus mendatang perlu memperhatikan masalah galian ini. Karena tak ada gunanya taman atau trotoar dibangun sebagus mungkin dengan biaya miliaran rupiah karena sewaktu-waktu digali lagi.[]
Jakarta, 21 Maret 2007
MUNGKIN terlalu remeh atau sangat berlebihan bila saya meminta calon Gubernur DKI Jakarta yang kini tengah menebar pesona untuk peduli galian di ibu kota ini. Saya pikir juga tidak terlalu populis untuk meminta gubernur peduli terhadap galian yang terkesan sebagai proyek tahunan ini.
Tetapi menurut saya, masalah galian di Jakarta ini tidak bisa disepelekan. Bila galian itu di kampung-kampung mungkin tidak masalah. Tetapi bila galian itu di pusat kota seperti di Jalan Gatot Subroto, Sudirman, Thamrin atau di Medan Merdeka, tentu menurut saya sangat bermasalah.
Bukankah Jakarta adalah wajah Indonesia? Tentu saja Jakarta yang menjadi etalase Indonesia seharusnya bersih, nyaman dan juga aman. Galian perlu diannggap serius karena selain mengganggu keindahan juga bisa mengganggu kenyamanan pejalan kaki.
Musim galian juga selalu kompak dengan musim hujan. Bagi pekerja galian ini memang menolong karena tanahnya mungkin gembur sehingga mudah digali. Tetapi bagi pengguna jalan, tanah galian itu bisa menjadi biang kecelakaan. Tidak sedikit kecelakaan sepeda motor terjadi karena terpeleset tanah galian.
Bila Anda melewati, Jalan Gatot Subroto atau Sudirman sampai saat ini masih bisa ditemukan sejumlah galian yang masih dalam proses pengerjaan. Selebihnya sudah selesai dikerjakan tetapi perbaikannya tidak sempurna.
Galian serupa juga masih bisa di lihat di TB Simatupang, Buncit Raya atau di Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Belum lagi galian di sejumlah pinggiran kota seperti Pondok Gede atau Lenteng Agung.
Anehnya, setiap proyek galian rampung, perbaikannya tidak seperti kondisi semula. Banyak pedestrian atau trotoar atau halte bus malah rusak parah. Konblok trotoar dipasang seenaknya dan akhirnya berantakan. Jalan menjadi becek dan licin.
Sudah banyak ahhli tata kota yang memberikan solusi atas kesemrawautan ibu kota ini. Misalnya untuk masalah galian ini ada pakar yang menyarankan agar PDAM Jaya, PLN, Telkom atau Indosat yang berhubungan dengan galian tiap tahun agar membangun terowongan bersama. Terowongan ini diharapkan dapat mengurangi penggalian di ibu kota. Sampai saat ini, ide itu belum ada realisasinya.
Sepertinya, calon Gubernur Jakarta yang akan bertarung dalam pilkada langsung 8 Agustus mendatang perlu memperhatikan masalah galian ini. Karena tak ada gunanya taman atau trotoar dibangun sebagus mungkin dengan biaya miliaran rupiah karena sewaktu-waktu digali lagi.[]
Jakarta, 21 Maret 2007
Comments
Post a Comment
Anda Berkomentar Maka Saya Ada