Skip to main content

Saatnya Amerika Mengubah Kebijakan Luar Negeri

Sinar Harapan, Sabtu 1 Mei 2004

Judul : Unholy War
Judul Asli : Unholy War: Terror in The Name of Islam
Penulis : John L. Esposito
Penerbit : LKiS Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Maret 2003
Tebal : (xi + 205) halaman termasuk indeks

SESAAT setelah Tragedi 9 November, hampir seluruh analisis di media cetak dan elektronik baik di Indonesia maupun di dunia merujuk kejadian dahsyat tersebut pada tesis Samuel P. Huntington, tentang benturan peradaban. Tragedi WTC juga seolah menjadi contoh faktual dan sahih untuk membangunkan kembali tesis Huntington yang sebelumnya terkubur karena telah diabaikan sejumlah pakar. Buku The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order (1997) pun kembali dibuka dan yang banyak digarisbawahi adalah bagian paragraf yang menyebutkan, setelah komunisme runtuh musuh Barat adalah Islam.

Namun, menurut John L. Esposito, kini bukan saatnya untuk memancing benturan peradaban atau untuk membuktikan ramalan bahwa benturan semacam itu memang tak terelakan. Melainkan, kini saatnya untuk membangun kesepakatan dan koalisi global untuk secara aktif mempromosikan kesaling-beradaban dan kerja sama. (hal.3)

Buku Unholy War dibagi ke dalam empat bab. Bagian pertama membahas tentang lahirnya teroris modern Al Qaeda dengan tokoh utamanya Osama bin Laden. Di sini diceritakan perjalanan spiritual Bin Laden serta petualangannya mulai dari Sudan, Mesir, hingga Afghanistan. Dalam salah satu bagian diceritakan tentang tokoh-tokoh yang menjadi inspirasi gerakan terorisme global yang kini dikembangkan Bin Laden. Digambarkan juga riwayat singkat Bin Laden dan tangan kanannya, dokter bedah dari Mesir Ayman al-Zawahiri.

Memasuki bab dua, Esposito menguraikan tentang jihad revolusioner pada zaman Nabi Muhammad. Berikutnya dijelaskan pula tentang tokoh-tokoh dan pemikir Islam radikal mulai dari Ibn Taimiyah (1268-1328), Hasan al-Banna (1906-1949), Maududi (1903-1979), hingga Sayyid Qutb (1906-1966). Esposito juga mencantum sejumlah ayat Al Quran yang kerap ditafsirkan untuk melegitimasi jihad secara radikal.

Dalam bab tiga, pembahasan dilanjutkan mengenai dampak kolonialisme Barat dan pendudukan Israel terhadap negara-negara muslim serta sumbangannya bagi terciptanya antipati yang menjadi cikal bakal terorisme. Pendudukan Prancis di Aljazair dan Lebanon, penjajahan Inggris di India yang membidani lahirnya negara Pakistan dan Bangladesh, serta agresi Israel di Timur Tengah telah menebarkan benih-benih resistensi yang terakumulasi menjadi perlawanan dan teror.

Sedangkan dalam bab terakhir, tulisan Esposito lebih bernada reflektif dan evaluatif--yang didominasi ajakan buat bangsa Barat, khususnya AS untuk melihat kenyataan. Kenyataan bahwa Islam itu adalah agama kedua terbesar di dunia dan sama-sama agama samawi. (hal.146)

Esposito juga meminta pemerintah AS untuk mengubah kebijakan luar negerinya. Sebab selama ini kebijakan luar negeri AS dinilai lebih banyak menyebabkan masyarakat dan pemerintah di negara-negara muslim frustrasi. Akibatnya demokratisasi dan hak asasi manusia yang diekspor kepada negara-negara muslim hanyalah omong kosong ketika pemerintah AS membiarkan warga Palestina dibantai Israel. Atau ketika AS menginvasi Irak dengan alasan senjata pemusnah massal yang sampai kini tak ditemukan.

Bila kebijakan luar negeri AS tetap tak berubah sudah dapat dipastikan bukan malah terorisme yang hilang tetapi malah peradaban manusia yang akan terancam karena lahir secara deret ukur Osama-Osama baru. Yakinlah, terorisme tidak akan habis hanya dengan mengandalkan kekuatan militer dan ekonomi yang menjadi lambang hegemoni AS masa kini. Terorisme lahir karena rasa frustrasi yang memuncak akibat marjinalisasi, ketidakadilan, dan penindasan sistematis. Buktinya, kini di Irak tentara AS malah mendapatkan resistensi yang kuat dari kelompok-kelompok militan.

*Penulis adalah Periset di Lembaga Kajian Media Massa dan Budaya di Bogor, Jawa Barat.


Comments

  1. Anonymous1:03 AM

    Hi to everyone =)
    Aciphex
    [url=http://www.yeshuanet.com/docs/images/Aciphex/index.html]Aciphex[/url]
    http://www.yeshuanet.com/docs/images/Aciphex/index.html
    -----------------------------------------------------
    [url=http://www.yeshuanet.com/docs/images/Tramadol/index.html]Tramadol[/url]
    http://www.yeshuanet.com/docs/images/Tramadol/index.html
    Tramadol
    __________________________
    Bentyl
    http://www.yeshuanet.com/docs/images/Bentyl/index.html
    [url=http://www.yeshuanet.com/docs/images/Bentyl/index.html]Bentyl[/url]
    tahk u

    ReplyDelete

Post a Comment

Anda Berkomentar Maka Saya Ada

Popular posts from this blog

Anggota Dewan (Memang) Sontoloyo!

ANDA masih ingat kasus anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Max Moein yang diduga terlibat mesum dengan sekretaris pribadinya, Desi Fridiyanti. Belakangan Desi yang mengaku sudah tidak perawan lagi ini dipecat Max. Desi melalui LBH pembela kaum perempuan meminta pertanggungjawaban anggota DPR yang sebelumnya lebih dikenal berkarier dalam dunia periklanan ini. Foto Max juga beredar di internet tengah memeluk seorang perempuan tanpa baju. Dalam foto lain, Max tengah tidur pulas "kelelahan" dan di sampingnya seorang perempuan telentang sambil berpaling ke arah Max. Untuk menguji dua foto tersebut, Badan Kehormatan (BK) DPR dengan tujuan mencari "kebenaran" meminta pendapat ahli telematika Roy Suryo dan kedua foto panas tersebut diuji di Laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasilnya? Hanya anggota BK DPR yang tahu. Tapi daripada Anda meminta anggota BK untuk segera mengumumkan keputusan final atas perilaku anggota Dewan yang memang masuk kategori

Pak tua bijak di stasiun Depok Lama

TIGA hari belakangan ini, setiap sore hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Sangat deras sembari disoraki petir dan digoyang-goyang angin ribut. Sunggguh tersiksa setiap pulang kerja (kayak orang kantoran saja). Baju kuyup seperti perawan India jatuh cinta sambil mengitari pohon. Tubuh tambah menggigil disemprot kipas angin kereta bekas dari Jepang. Saya sejatinya paling tak tega bila ada ibu-ibu termasuk juga perempuan cantik di kereta nggak dikasih tempat duduk. Kali ini saya sangat tega dengan mengeksploitasi kedinginan. Saya memilih bergeming. Sekali-kali saya tidak berbuat baik, boleh kan? Nggak jahat kan? Saya juga tak mau dicap zalim kepada diri sendiri. Sumpah karena kondisi saya sangat kedingininan. Tuhan pasti tahu, batin saya. Perjalanan dari Stasiun Palmerah sampai Stasiun Depok Lama selayaknya perjalanan panjang dari Stasiun Gambir berakhir di Stasiun Tugu. Lama. Gelisah. Galau juga. Turun di Stasiun Depok Lama seperti orang kutub menemukan sinar matahari. Se

Kereta Jepang nularin maniak seks?

ADAKAH yang pernah melihat seorang perempuan cantik dan lumayan seksi uring-uringan atau marah-marah karena merasa dilecehkan di kereta commuterline terutama pada jam-jam sibuk? Kalau tidak berarti kamu bukan anker (anak kereta) atau KRL mania. Jam padat, pada pagi hari atau petang adalah saatnya para maniak seks beroperasi. Sasarannya perempuan kantoran yang roknya lumayan mini dan tentu saja bahenol nerkom alias bohay pisan. Bukan yang (maaf) tepos mutlak. Kadang begitulah pantat tepos juga masih ada untungnya. Bagi saya yang normal, apa enaknya ya gesek-gesek pantat orang. Tapi itulah kehidupan di dunia. Bagi kita yang normal kelakuan primitif mereka aneh. Tapi sebaliknya bagi mereka yang suka gesek-gesek pantat orang, perilaku orang normal yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan memuaskan berahinya di tengah impitan dan dempetan penumpang justru dianggap abnormal. Gelo sia! Saya mengira perbuatan gesek-menggesek bahkan meremas-remas pantat orang di kereta itu hanya ada di f