Oleh: Yayat R Cipasang Penulis lepas dan kini tengah menyelesaikan draf buku “Jurnalis Overdosis” PERNYATAAN Menko Kesra Aburizal Bakrie yang menyebutkan pers telah membesar-besarkan banjir Jakarta yang ditimpali pembenaran dengan menyebutkan korban banjir masih bisa tersenyum menjadi representasi jiwa pemerintah yang tak berempati pada korban bencana. Padahal dalam sepekan banjir jumlah korban tewas sudah 53 orang. Aburizal Bakrie saya pikir salah menerjemahkan senyum dan tawa pengungsi. Bisa jadi Aburizal Bakrie benar-benar melihat korban banjir sedang tertawa atau bercanda karena yang dilihat anak-anak yang memang sedang bermain dalam kubangan air. Karena memang dunia anak-anak penuh canda dan tawa. Bisa juga Aburizal Bakrie baik secara langsung atau melalui layar televisi melihat para orangtua yang memang sedang tertawa. Tetapi itu sebenarnya bukan tertawa bahagia tetapi tertawa dalam rangka menghibur diri atau menertawakan nasibnya sendiri. Tetapi yang jelas, pemerintah masih te
"Semua harus ditulis. Apa pun.... Jangan takut tidak dibaca atau diterima penerbit. Yang penting tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna." --Pramoedya Ananta Toer, Menggelinding 1, 2004)